Saat bulan Ramadan tiba, banyak minuman segar yang menjadi pilihan utama untuk berbuka puasa. Salah satu yang paling populer adalah es cendol dan es dawet.
Namun, masih banyak yang bingung membedakan antara cendol dan dawet. Apakah keduanya sebenarnya sama atau memiliki perbedaan? Yuk, cari tahu perbedaan cendol dan dawet agar tidak salah sebut lagi!
Baca juga: Mengisi Waktu Menjelang Berbuka dengan Ngabuburit Seru di Dapur
1. Asal Usul Cendol dan Dawet
Perbedaan pertama terletak pada asal-usul kedua minuman ini.
a. Cendol
Cendol dikenal sebagai minuman khas daerah Jawa Barat, terutama dari wilayah Sunda. Salah satu asal-usul cendol yang paling dikenal adalah minuman ini berasal dari Jawa Barat. Konon, nama "cendol" sendiri diambil dari kata "jendol," yang berarti benjolan.
Istilah tersebut merujuk pada proses pembuatan cendol yang melibatkan pencetakan adonan melalui saringan khusus, sehingga menghasilkan bentuk kecil dan lonjong menyerupai benjolan.
b. Dawet
Jauh sebelum cendol dikenal luas, dawet sebenarnya sudah tercatat dalam sejarah. Keberadaannya disebutkan dalam Prasasti Taji yang berasal dari abad ke-10. Dalam prasasti tersebut, dijelaskan bahwa dawet awalnya memiliki warna bening dan berasal dari Desa Jebung, Ponorogo. Perubahan terjadi pada abad ke-15 ketika minuman ini diperkenalkan kepada Raden Fatah, sultan Kerajaan Demak.
Sejak saat itu, dawet mulai diberi pewarna hijau untuk menambah daya tariknya. Seiring waktu, dawet hijau pun semakin populer dan menyebar ke berbagai daerah di Jawa Tengah. Meskipun keduanya memiliki sejarah panjang di Indonesia, cendol juga memiliki kemiripan dengan minuman serupa yang ada di negara lain, seperti chendol di Malaysia dan Singapura.
2. Bahan Dasar
Meskipun sekilas tampak sama, bahan dasar cendol dan dawet sedikit berbeda. Cendol umumnya dibuat dari tepung beras yang dicampur dengan air pandan untuk memberikan warna hijau alami serta aroma khas.
Dawet, di sisi lain, lebih sering dibuat menggunakan tepung hunkwe (tepung kacang hijau) yang menghasilkan tekstur lebih lembut dan kenyal dibandingkan cendol. Perbedaan bahan ini membuat tekstur yang berbeda. Cendol cenderung lebih padat dan kenyal, sedangkan dawet lebih lembut dan mudah hancur saat dikunyah
3. Bentuk dan Cara Pembuatan
Selain bahan dasar, bentuk dan cara pembuatan cendol dan dawet juga berbeda. Cendol biasanya dicetak menggunakan saringan atau cetakan berlubang besar sehingga bentuknya lebih panjang dan bulat seperti mie kecil.
Dawet dibuat dengan menuangkan adonan ke dalam air dingin menggunakan sendok atau alat penyaring sehingga bentuknya lebih kecil dan sedikit lebih pipih dibandingkan cendol. Karena perbedaan cara pembuatan ini, tekstur cendol lebih kenyal dan elastis, sedangkan dawet terasa lebih lembut saat dikunyah.
4. Penyajian
Meskipun sama-sama disajikan dengan santan dan gula merah, ada beberapa perbedaan dalam penyajiannya. Cendol biasanya disajikan dengan es batu, santan, dan sirup gula merah kental. Kadang-kadang ditambahkan tape singkong atau potongan nangka.
Dawet juga menggunakan santan dan gula merah, tetapi sering kali dicampur dengan es serut dan tidak sepekat cendol dalam rasa manisnya. Dawet khas Banjarnegara memiliki rasa yang lebih ringan, sedangkan cendol lebih kuat rasa manisnya karena sirup gula merah yang lebih kental.
5. Jenis-Jenis Penyajian
Setiap daerah memiliki perbedaan penyajian. Cendol maupun dawet memiliki beberapa varian yang unik di berbagai daerah.
Jenis-Jenis Cendol
- Cendol Bandung: berwarna hijau cerah dengan sirup gula merah yang pekat.
- Cendol Durian: menggunakan tambahan durian untuk rasa yang lebih kaya.
- Cendol Singapore/Malaysia: biasanya disajikan dengan kacang merah dan lebih manis.
Jenis-Jenis Dawet
- Dawet Ayu Banjarnegara: memiliki tekstur lebih lembut dan menggunakan gula kelapa yang khas.
- Dawet Ireng (Hitam) Purworejo: menggunakan pewarna alami dari abu merang sehingga berwarna hitam pekat.
- Dawet Jepara: biasanya menggunakan campuran santan dan susu kental manis untuk rasa lebih creamy.
6. Mana yang Lebih Enak?
Pertanyaan ini tentu tergantung pada selera masing-masing. Jika kamu menyukai tekstur yang lebih kenyal dan rasa manis yang lebih kuat, cendol bisa menjadi pilihan. Namun, jika kamu lebih suka rasa yang ringan dan tekstur lebih lembut, dawet mungkin lebih cocok untuk kamu. Yang pasti, baik cendol dan dawet tetap menjadi minuman tradisional favorit yang cocok dinikmati kapan saja, terutama saat berbuka puasa.
Baca juga: Inspirasi Menu Sahur Praktis untuk Anak yang Susah Makan
Meskipun cendol dan dawet terlihat mirip, keduanya memiliki perbedaan yang cukup jelas, mulai dari asal usul, bahan dasar, hingga cara penyajian. Tekstur cendol lebih lembut, sedangkan dawet lebih kenyal. Keduanya sama-sama lezat dan menyegarkan, jadi tidak ada salahnya mencoba keduanya untuk mengetahui mana yang lebih sesuai dengan selera. Jadi, jangan salah sebut lagi ya!