Terkadang, makanan yang kita anggap aman justru dapat memicu reaksi alergi yang serius. Bagi sebagian orang, makanan favorit bisa menjadi penyebab masalah kesehatan yang tak terduga. Makanan bisa memicu reaksi hipersensitivitas, yaitu respons berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap zat tertentu (alergen).
Reaksi ini terjadi saat tubuh "terlalu sensitif" terhadap antigen, yang bisa berasal dari makanan, mikroorganisme, atau bahkan bahan dari tubuh sendiri yang dikenali dengan cara yang salah. Pada alergi makanan, molekul dari makanan yang mengandung alergen masuk ke dalam tubuh dan memicu reaksi imun.
Reaksi ini tidak langsung terjadi pada kontak pertama, tetapi gejalanya muncul saat tubuh terpapar alergen untuk kedua kalinya. Setiap kali alergen kembali masuk, tubuh akan memberikan respons imun yang lebih kuat. Dan sistem kekebalan tubuh bekerja berlebihan dan menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh.
Gejala Reaksi Alergi Makanan
Bagi mereka yang mengalami alergi makanan, gejalanya bisa bervariasi dan muncul dengan cepat setelah mengonsumsi makanan tertentu. Beberapa gejala yang sering terjadi antara lain:
1. Kulit: Gatal-gatal, ruam, atau pembengkakan.
2. Saluran napas: Mengi (suara napas yang berbunyi seperti siulan atau desisan), sesak napas, atau batuk. Mengi terjadi ketika saluran pernapasan menyempit atau teriritasi akibat reaksi alergi, menghambat aliran udara dan menyebabkan suara napas yang khas.
3. Saluran cerna: Mual, muntah, atau diare.
Gejala-gejala ini bisa muncul dalam hitungan menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi makanan yang mengandung alergen. Agar reaksi alergi ini tidak terjadi lagi, sangat penting untuk memilih makanan dengan hati-hati.
Makanan Penyebab Alergi
Yuk, kenali makanan-makanan yang sering menjadi penyebab alergi agar kamu bisa tetap aman menikmati setiap santapan tanpa khawatir:
1. Kacang
Kacang, baik kacang tanah maupun kacang pohon (seperti almond, walnut, dan pistachio), mengandung protein yang disebut vicilin dan legumin, yang dapat memicu reaksi alergi pada sebagian orang. Protein ini memiliki struktur yang mirip dengan alergen lain, sehingga sistem imun mengenalinya sebagai ancaman dan menghasilkan antibodi IgE. Reaksi alergi terhadap kacang dapat menyebabkan gejala mulai dari gatal hingga anafilaksis. Alergi kacang merupakan salah satu alergi makanan yang paling umum dan dapat berisiko parah bagi penderitanya.
2. Krustasea Laut
Krustasea laut (seperti udang, kepiting, dan lobster) mengandung tropomiosin, sebuah protein yang dapat memicu reaksi alergi pada individu tertentu. Tropomiosin berfungsi dalam otot krustasea untuk kontraksi, namun bagi orang yang alergi, tubuh mereka meresponnya dengan melepaskan histamin, yang memicu reaksi alergi. Tropomiosin adalah alergen utama pada krustasea dan dapat menyebabkan gejala parah bahkan dengan konsumsi dalam jumlah kecil.
3. Ikan
Ikan, terutama ikan yang sudah tidak segar, dapat menyebabkan reaksi alergi atau keracunan makanan karena adanya peningkatan kadar histamin. Histamin adalah senyawa kimia yang berperan dalam respon imun tubuh, tetapi dalam konteks makanan, histamin berfungsi sebagai salah satu penyebab reaksi alergi atau keracunan makanan jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan.
Ikan, khususnya ikan yang tidak disimpan atau diolah dengan benar, dapat mengandung histamin tinggi akibat proses pembusukan atau fermentasi bakteri. Proses ini terjadi ketika bakteri tertentu, seperti Proteus dan Pseudomonas, memecah asam amino histidin yang ada pada daging ikan menjadi histamin.
4. Telur
Kuning telur di dalamnya mempunyai istilah umum globulin, lecithin, vitelin, dan albumin. Zat-zat tersebut merupakan beberapa zat yang terkandung dalam kuning telur dan memiliki antigen yang dapat memicu reaksi serangan dari kekebalan tubuh dan menghasilkan alergi.
5. Susu
Susu mengandung dua jenis protein utama yang dapat menyebabkan alergi yaitu kasein dan whey. Protein ini dapat menyebabkan reaksi alergi karena tubuh menganggapnya sebagai ancaman.
Gejala umum termasuk reaksi kulit, masalah pencernaan, atau gangguan pernapasan. Alergi susu terjadi ketika tubuh mengidentifikasi protein kasein atau whey sebagai alergen, menyebabkan peradangan dan reaksi sistemik.
6. Kedelai
Kedelai mengandung beberapa protein alergenik utama seperti glycinin dan β-conglycinin. Protein ini bisa memicu reaksi alergi pada individu yang sensitif, mengingat kedelai adalah sumber protein yang umum dalam banyak produk olahan. Alergi kedelai sering ditemukan pada anak-anak, dan reaksi dapat berkisar dari gatal-gatal hingga gejala anafilaksis.
7. Gandum
Alergi terhadap gandum disebabkan oleh protein yang disebut gluten. Gluten adalah campuran protein yang terdapat dalam gandum, barley, dan rye. Bagi penderita penyakit celiac atau mereka yang memiliki sensitivitas gluten, konsumsi gandum dapat menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan dan gejala yang lebih serius. Alergi gandum dan sensitivitas gluten berhubungan dengan respons imun yang berlebihan terhadap protein gluten.
8. Wijen
Wijen mengandung protein alergenik yang dapat memicu reaksi alergi pada sebagian orang. Sesamin dan sesamolin adalah dua komponen utama yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada individu yang sensitif. Biji wijen adalah alergen yang berkembang di banyak negara dan sering ditemukan dalam roti, bumbu, atau makanan olahan lainnya.
Alergi makanan umumnya disebabkan oleh protein tertentu yang ditemukan dalam bahan makanan. Sistem kekebalan tubuh individu yang alergi menganggap protein tersebut sebagai ancaman, meskipun tidak berbahaya, dan menghasilkan reaksi yang bisa mengganggu tubuh. Menghindari makanan yang mengandung alergen ini adalah cara terbaik untuk mencegah reaksi alergi dan menjaga kesehatan.
Pantau terus website Dapur Umami untuk mendapatkan informasi menarik seputar kesehatan dan gizi, serta resep-resep menarik lainnya. Di sana, kamu bisa menemukan banyak tips dan ide kreatif yang bisa bikin makanan jadi lebih sehat dan menyenangkan!