Perkembangan zaman di dunia semakin berkembang begitu juga dengan berbagai bidang di dunia mengalami kemajuan yang mengarah kepada hidup yang lebih mudah atau instan. Kemajuan berbagai bidang yang dimaksud seperti pada bidang teknologi, trasnsportasi, peralatan rumah tangga yang membuat seseorang menjadi malas bergerak. Kemudahan yang didapat mengubah gaya hidup seseorang menjadi sedentary lifestyle.
Sedentary lifestyle adalah gaya hidup kurang gerak. Sedentary lifestyle merupakan aktivitas yang menetap lama, biasanya berupa menonton televisi, bermain game hingga berjam-jam, bermain laptop, menonton video game, ataupun media elektronik lain yang lazim terjadi pada masa yang sudah canggih seperti ini. Menurut Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa aktivitas individu selama di perjalanan/transportasi (bus, kereta, motor) termasuk kedalam sedentary lifestyle tetapi tidak termasuk tidur.
Sedentary lifestyle ternyata memiliki dampak serius bagi kesehatan. Agar tidak terjerumus dalam kebiasaan buruk ini, penting untuk menyadari beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkannya, antara lain:
1. Obesitas
Obesitas terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi, yang mengakibatkan penumpukan lemak berlebih. Menurut WHO (dalam P2PTM Kemenkes RI, 2018), hal ini disebabkan oleh konsumsi kalori yang lebih tinggi daripada yang dibakar. Obesitas sering kali berhubungan dengan risiko tekanan darah tinggi dan masalah kesehatan lainnya, terutama pada anak-anak selama pandemi. Penelitian menunjukkan bahwa sedentary lifestyle dapat meningkatkan risiko obesitas hingga 4,6 kali, meskipun aktivitas fisik dapat membantu mencegahnya.
2. Diabetes Mellitus
Diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, serta masalah pada sekresi insulin. Penyebabnya termasuk obesitas, diet tinggi lemak, dan kurangnya aktivitas fisik. Sedentary lifestyle, seperti menonton televisi dan duduk lama, dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Ketika tubuh tidak aktif, kelebihan energi akan disimpan sebagai lemak, yang pada gilirannya dapat menyebabkan resistensi insulin dan meningkatkan glukosa darah. Penelitian di Chile menunjukkan bahwa sedentary lifestyle merupakan faktor risiko diabetes tipe 2 dengan prevalensi mencapai 54%.
3. Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah kondisi di mana terdapat kelebihan kolesterol dalam darah, yang dianggap tidak normal jika melebihi 200 mg/dl. Kolesterol penting untuk sintesis hormon dan zat metabolik lainnya. Sedentary lifestyle dapat berkontribusi pada peningkatan kadar kolesterol, karena kurangnya aktivitas fisik dapat mengganggu metabolisme lipid dalam tubuh.
Hiperkolesterolemia terjadi akibat kelebihan kolesterol dalam darah, yang dapat mengakibatkan penyumbatan arteri, berisiko stroke, dan serangan jantung. Penyebabnya termasuk konsumsi makanan berlemak, kurang aktivitas fisik, dan stress. Gaya hidup sedentari meningkatkan kadar kolesterol, karena kurangnya aktivitas fisik mengganggu metabolisme lemak dan dapat menyebabkan penumpukan kolesterol jahat (LDL) serta penurunan kolesterol baik (HDL).
4. Hipertensi
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, didefinisikan dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Gaya hidup sedentari adalah faktor risiko utama hipertensi. Aktivitas fisik rutin dapat menurunkan tahanan perifer dan tekanan darah. Remaja dengan sedentary lifestyle yang tinggi (>6 jam/hari) memiliki risiko 2,27 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi obesitik.
5. Osteoporosis dan Penyakit Muskuloskeletal
Osteoporosis ditandai dengan penurunan massa tulang, membuat tulang lebih rapuh dan berisiko patah. Faktor risiko termasuk kurangnya aktivitas fisik dan defisiensi vitamin D. Sedentary lifestyle berhubungan dengan peningkatan nyeri lutut kronis, terutama pada wanita yang melakukan aktivitas sedentari lebih dari 10 jam sehari.
6. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah arteri oleh lipid, mengakibatkan aliran darah ke jantung terhambat. Hipertensi, diabetes, dan gaya hidup sedentary merupakan faktor risiko yang signifikan. Penelitian menunjukkan risiko penyakit kardiovaskular meningkat 1,68 kali dengan waktu duduk yang lama.
7. Kanker
Sedentary lifestyle dapat meningkatkan risiko kanker payudara dan kanker usus besar. Kurangnya aktivitas fisik memungkinkan perkembangan sel kanker, dengan studi menunjukkan risiko kanker 13% lebih tinggi pada individu dengan waktu sedentari terlama.
8. Depresi
Gaya hidup sedentary dapat meningkatkan risiko depresi akibat kurangnya interaksi sosial dan aktivitas fisik. Menonton televisi terlalu lama berhubungan dengan peningkatan risiko depresi hingga 1,13 kali. Perempuan dengan sedentary lifestyle lebih rentan mengalami depresi dibandingkan laki-laki.
Dampak-dampak ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari untuk kesehatan yang optimal. Aktivitas fisik sangat membantu proses metabolisme agar tubuh dapat membakar kalori dengan efektif, menjaga keseimbangan energi, dan mendukung kesehatan jantung serta sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, aktivitas fisik juga berkontribusi dalam mengatur kadar gula darah dan kolesterol, serta meningkatkan kesehatan mental dengan merangsang produksi endorfin. Dengan rutin bergerak, kita dapat mencegah berbagai penyakit dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Pastikan untuk selalu cek website Dapur Umami untuk menemukan berbagai resep menarik serta informasi gizi dan kesehatan yang bermanfaat bersama NutriExpert. Dapatkan tips masak yang mudah dan sehat untuk keluarga Anda!