Prevalensi hipertensi di Indonesia masih tergolong tinggi. Hipertensi tidak hanya menyerap kelompok usia lansia saja, tapi juga mulai merambah ke usia yang lebih muda lagi. Salah satu faktor risiko yang menjadi penyebab utama kejadian hipertensi adalah pola makan yang tidak baik.
Pola makan tinggi garam (natrium) menyebabkan hipertensi pada semua kalangan usia. Selain itu, kemudahan zaman dan perkembangan teknologi pangan banyak menghasilkan makanan ultra proses dan siap saji yang juga mengandung tinggi garam. Bijak dalam mengonsumsi garam adalah sebuah solusi yang tepat untuk menurunkan risiko hipertensi pada setiap individu dan meningkatkan kualitas kesehatan yang lebih baik.
Prevalensi hipertensi di Indonesia
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi mengalami peningkatan menjadi 34,1%, padahal sebelumnya pada tahun 2015 prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%. Peningkatan kejadian ini juga ditunjang dengan perilaku masyarakat yang mengonsumsi makanan tinggi garam.
Menurut Kemenkes (2019), sekitar 2/3 penderita hipertensi berasal dari kelompok masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Selain itu, menurut data World Health Organization (WHO) juga menunjukkan bahwa pada tahun 2015 terdapat 1 dari 4 orang laki-laki dan 1 dari 5 orang perempuan mengalami hipertensi. Kejadian hipertensi di Indonesia dialami oleh penduduk yang berusia lebih dari 1 tahun.
Artikel Terkait: Dapur Umami Menginspirasi sambil Mengasah Kreativitas
Dampak konsumsi makanan tinggi garam
Hipertensi juga dapat menjadi “silent killer” pada individu yang mengalaminya karena hipertensi tidak selalu menunjukkan gejala. Gejala umum yang dialami oleh penderita hipertensi, antara lain detak jantung tidak normal, pusing, pandangan kabur, dan telinga yang berdenging.
Hipertensi dapat terjadi sebagai akumulasi konsumsi makanan yang tinggi garam setiap harinya. Selain penambahan garam dapur yang berlebihan dalam masakan, makanan tinggi garam juga banyak terdapat dalam Ultra Processed food (UPF), seperti keripik, sosis dan mie instan. Selain itu, makanan seperti fast food juga menjadi salah satu makanan yang mengandung garam tinggi dan sering dikonsumsi oleh masyarakat.
Hipertensi yang tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan beberapa dampak dan masalah kesehatan yang lebih serius, seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan kematian.
Manfaat menu Bijak Garam
Penambahan garam dalam masakan merupakan salah satu cara agar masakan memiliki rasa yang lebih lezat dan diminati keluarga. Namun, semakin banyak garam yang ditambahkan dalam masakan, maka kandungan natriumnya juga akan semakin tinggi dan tidak baik bagi kesehatan.
Bijak Garam adalah suatu cara yang bisa dijadikan pilihan untuk mengurangi penambahan garam dalam masakan tanpa mengurangi cita rasa dari makanan itu sendiri. Penambahan MSG bisa bantu mengurangi garam dengan memberikan rasa umami pada setiap masakan.
Cara membatasi konsumsi garam berlebih
Selain melakukan Bijak Garam, ada beberapa hal lain yang penting untuk dilakukan dalam hal membatasi konsumsi garam berlebih, terutama garam atau natrium yang ada di makanan kemasan. Berikut adalah tips yang perlu kamu lakukan untuk membatasi konsumsi garam berlebih.
- Membiasakan membaca label makanan kemasan dengan memperhatikan kandungan natrium makanan per takaran saji.
- Perbanyak konsumsi buah dan sayur terutama sebagai snack atau selingan.
- Batasi konsumsi makanan ultra proses dan makanan siap saji.
- Membiasakan untuk mengolah sendiri makanan di rumah.
- Menambahkan bumbu dan rempah alami untuk memberikan cita rasa yang lezat dalam makanan.
Artikel Terkait: Tips Mudah Membuat Meal Preparation untuk Pemula
Dengan memperhatikan konsumsi garam yang tepat serta menerapkan pola hidup sehat setiap harinya, tentu kita semua bisa terhindar dari risiko hipertensi. Terapkan selalu Bijak Garam ya! Bijak Garam tak hanya bisa bantu mengurangi asupan garam berlebih harianmu, tapi juga bisa melezatkan setiap masakan.
Referensi:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia. Retrieved 10 Juli 2023.
Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia - Rahajeng E, Sulistyowati T. (2009) - Majalah Kedokteran Indonesia. 59(12). Retrieved 10 Juli 2023.
Perilaku konsumsi makanan cepat saji pada remaja dan dampaknya bagi kesehatan. Pamelia I. (2018) - Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 14(2). Retrieved 10 Juli 2023.
Salt consumption and cardiovascular, renal, and hypertensive diseases: clinical and mechanistic aspects - Susic D, et al. (2011) - Current Opinion in Lipidology 23(1): 11-16. DOI: 10.1097/MOL.0b013e32834d9c52. Retrieved 10 Juli 2023.
The Flavor-Enhancing Action of Glutamate and its Mechanism involving the Notion of Kokumi - Yamamoto T, Inui-Yamamoto C. (2023) - NPJ Science of Food. 7(3): 1–6. Retrieved 10 Juli 2023.