Asupan nutrisi adalah bagian integral dari suatu pelatihan bagi seorang atlet. Dalam sebuah program pelatihan, ada beberapa aspek yang menunjang keberhasilan seorang atlet, yaitu program dari pelatih yang mencakup teknik, fisik dan biomekanik, program fisioterapis, dan program nutrisi.
Program pelatihan teknik, fisik dan biomekanik diberikan oleh pelatih untuk membangun kondisi fisik dan teknik yang diperlukan untuk melakukan gerakan secara benar dan memaksimalkan capaian fisik seorang atlet tersebut. Sementara program fisioterapis dilakukan agar kondisi fisik penunjang dapat terpelihara dengan baik, dalam mencegah kerawanan cedera maupun proses perawatannya. Dan yang tidak kalah penting adalah program nutrisi yang diberikan oleh ahli nutrisi klinis untuk memberikan bahan bakar yang dibutuhkan oleh tubuh secara tepat agar tenaga dapat dikeluarkan secara maksimal tanpa menambah beban lemak yang ada di dalam tubuh, sesuai dengan kebutuhan dimensi fisik atlet tersebut dalam cabang olahraga yang dijalaninya.
Program pelatihan harus disesuaikan dengan karakteristik olahraga yang dijalani atlet tersebut. Kebutuhan paket pelatihan seorang atlet angkat besi akan berbeda dengan atlet renang ataupun atlet badminton. Tentunya selain penguasaan teknik, atlet olahraga angkat besi akan memusatkan pelatihannya untuk mendapatkan ledakan tenaga. Sementara, atlet badminton akan memerlukan tenaga untuk stamina dalam mempertahankan pola permainan selama pertandingan berlangsung. Dan untuk atlet renang, akan tergantung dengan spesialisasi atlet tersebut, apakah jarak pendek, jarak sedang atau jarak panjang.
Contohnya I Gede Siman Sudartawa, atlet renang Indonesia yang berspesialisasi pada gaya punggung untuk jarak pendek. Tentunya yang dibutuhkan adalah ledakan tenaga untuk dapat secepat mungkin mencapai garis akhir dengan kebutuhan ledakan tenaga. Kebutuhan pelatihannya akan sangat berbeda dengan atlet cabang olahraga lainnya, maupun atlet renang yang berspesialisasi pada jarak yang berbeda misalnya jarak menengah maupun jarak jauh.
Kerjasama dari para pemangku kepentingan pelatihan demi keberhasilan seorang atlet sangat dibutuhkan dan semuanya adalah bagian integral dari proses tersebut tanpa ada satu bagian pun yang lebih penting dari bagian lainnya. Seorang atlet harus berdisiplin mengikuti program yang diberikan oleh para pelatih, baik fisik, fisiologis maupun nutrisi. Ia harus giat berlatih, berdisiplin dalam mengikuti program pelatihan fisik yang diberikan, mengikuti program pemulihan dan mengasup nutrisi yang tepat agar program pelatihan dapat berjalan secara berkesinambungan dengan mencapai hasil yang maksimal.
Sebagai seorang ahli nutrisi olahraga, saya melihat Program Winning Meals Kachimeshi ini sangat membantu atlet dalam persiapan kepelatihannya, karena sering kali atlet di luar komitmennya, tetap menghadapi kesulitan dalam menjalankan program nutrisi seimbang. Kesulitan ini bisa datang dari berbagai faktor misalnya, ketersediaan makanan yang tepat untuk program kepelatihan yang sedang dijalani, kurangnya pengawasan dalam pola konsumsi makanan, kurangnya pengetahuan atlet dalam mengartikan rencana menu yang diberikan oleh nutritionis karena atlet harus mencari makanannya sendiri, dan rasa makanan dari program nutrisi seimbang ini yang biasanya kurang bersahabat dengan selera pada umumnya sehingga atlet seringkali tergoda untuk mengkonsumsi makanan umum yang tidak sesuai dengan program kepelatihannya.
Program Winning Meals Kachimeshi oleh Ajinomoto Indonesia memberikan bantuan maksimal terhadap persiapan atlet I Gede Siman Sudartawa karena;
Menyeimbangkan asupan nutrisi sesuai kategori gizi seimbang dimana terdapat karbohidrat, protein, lemak, serat, mineral dan vitamin yang semuanya diukur secara detail.
Cara pengolahannya yang menghindari proses goreng (deep fry) dengan berbalur tepung yang berlebihan sehingga komponen kalori karbohidrat dan lemak yang masuk pun tidak berlebihan.
Kadar natrium yang diberikan telah diukur sedemikian rupa untuk memberikan kontribusi rasa pada makanan tanpa mengorbankan komposisi nutrisi seimbang sehingga atlet mengonsumsinya tanpa unsur paksaan karena pemberian penyedap rasa dengan jumlah kadar natrium atau garam yang terukur.
Keseimbangan antara protein hewani dan nabati yang potensial dan terukur. Contohnya penyajian protein nabati dari tempe, karena jenis makanan ini tetap menyediakan protein secara maksimal atau tidak rusak, meskipun telah melalui proses pengolahan sehingga protein tersebut dapat secara mudah dicerna oleh tubuh.
Selain itu, Kachimeshi yanfg mengelola keseluruhan proses sampai makanan tiba di tangan atlet sehingga atlet dapat dengan mudah mengkonsumsi tanpa harus mencari – cari lagi makanannya. Makanan yang diterima pun mengandung nutrisi seimbang dengan porsi seimbang dengan cita rasa sehingga atlet hanya perlu menghabiskan porsi makanan yang dikirimkan.
Dengan demikian tentunya saya yan